Kenangan Gantungan Kunci

“Kamu jangan seperti ini!” larang Haesook pada Haechan. Haechan seorang laki-laki nakal yang pada malam ini, siap bertempur untuk melawan musuhnya. “Lebih baik kamu pulang,” pinta Haechan pada Haesook. “Tapi Aku khawatir padamu,” ucap Haesook khawatir “Aku akan baik-baik saja, Aku janji padamu,” janji Haechan. “Baiklah,” ucap Haesook dengan nada rendah. Haechan yang mencoba menenangkan Haesook akhirnya berhasil, ia pun mengantarkan Haesook pulang. “Tunggu sebentar,” pinta Haesook pada teman-temannya. Walaupun mereka sebatas sahabat, tapi mereka seperti sepasang kekasih. Haechan pun segera mengantarkan Haesook pulang

Di Perjalanan ...

“Kamu berjanji pulang dengan selamat bukan?” tanya Haesook. “Ya, tunggu saja nanti,” jawab Haechan mencoba menenangkan. Merekapun sampai dengan selamat. Dengan terpaksa ia pun melepaskan Haechan. “Aku akan memberika ini, kau harus mengembalikannya kepadaku. Setiap kali kau ingin bertempur. Agar Aku yakin bahwa kau kembali dengan selamat!” ucap Haesook seraya memberikan gantungan kunci bergambar kucing. Gantungan kunci itu sebagai tanda perjanjian bahwa Haechan harus kembali dengan selamat. “Iya kau jangan khawatir! Aku akan pulang dengan selamat” ujar Haechan seraya menerima gantungan itu. Haechan pun segera pergi dan menuju tempat tujuannya. Dengan rasa khawatir Haesook masuk ke dalam.

Keesokkan harinya...

Haesook sudah menunggu lama di depan gerbang sekolah. Akan tetapi Haechan tak kunjung  datang.dengan pikiran yang kacau ia pun menunggu lebih lama lagi. Hingga akhirnya berbagai macam pikiran  buruk pun datang, akan tetapi ia segera menepis pikiran itu. Dan akhirnya Haechan pun datang dan membuat hati Haesook bahagia. Akhirnya yang ia tunggu, datang juga. “Apakau tahu bahwa Aku menunggumu disini? Aku sudah menunggu lama! Apa kau tahu Aku khawatir denganmu?”tanya Haesook sedikit membentak. “Ara (tahu) Aku tahu kau menungguku maka dari itu Aku ingin memberikan ini untukmu,” ucap Haechan seraya memberikan gantungan kunci itu.

“Baiklah! Mari kita ke kelas,” ucap Haesook seraya menarik tangan Haechan. Merekapun masuk kelas masing-masing. Dan selepas berpisah dengannya Haechan pun pergi ke kantin untuk bolos, sudah menjadi kebiasaannya membolos walau sudah ditegur beberapa kali ia masih tetap membolos. Jam isitirahat pun tiba... “Hey! Kau pasti membolos lagi bukan?” tegur Haesook “Uhuk, tidak! Bukannya ini jam istirahat kan? Jadi aku segera ke kantin untuk makan siang,” Haechan tersedak karena ia dikejutakan oleh Haesook, walaupun berbohong tapi Haesook segera mengiyakakn perkataan Haechan. Karna ia tahu bagaimana sikap Haechan yang suka membolos “Nanti siang antar aku ke tempat basket ya” pinta Haesook

“Hmm... boleh saja tapi kau harus memberi bulgogi (makanan Korea)” ucap Haechan padanya “Iya.. dan juga antarkan Aku ke sungai Han ya,” pinta Haesook lagi ”Kringg...” bel masuk berbunyi. Merekapun segera masuk ke kelas masing-masing. Setelah selesai pelajaran terakhir Haechan menuruti perkataan Haesook untuk pergi ke tempat basket.

Sesampainya di tempat basket...

“Annyeong,” sapa Haesook pada teman-temannya. “Haesook Aku ingin berbicara padamu,” ucap Felix teman Haesook. “Changkamman! (Tunggu) Haechan aku pergi kesana dulu ya!” ucap Haesook kepada Haechan. Haechan pun akhirnya sendirian dan tak lama kemudian, Haesook dalam keadaan tersenyum lebar. Ia pun langsung berteriak pada Haechan untuk menceritakan sesuatu. “Aaa... Aku bahagia sekali! Dia menembakku,” ucap Haesook senang pada Haechan.

Haechan hanya terdiam tak menjawab Haechan yang mencintai Haesook secara diam hanya bisa tersenyum kecut, menyadari bahwa cintanya tak terbalas. Setelah dari tempat Basket, mereka segera ke Sungai Han. Tempat biasanya mereka temui, setelah pulang sekolah. “Ah ... sudah lama sekali kita tak kesini,” ucap Haesook seraya duduk di pinggir Sungai. “Sudah dua tahun kita tak kesini lagi,” ucap Haechan yang sedari tadi hanya berdiri. “Aku ingin suatu hari nanti bisa kesini, bersama orang kucintai,” ucap Haesook memandang lurus kedepan.

Setelah itu mereka pulang bersama dengan membawa berbagai cerita, setelah dari tempat basket Haechan berubah menjadi seorang yang pendiam, setelah mendengar bahwa Haesook dan Feliz sudah menjadi sepasang kekasih. Hingga akhirnya ia mendengar bahwa Felix menampar Haesook karena sesuatu masalah yang membuat mereka bertengkar, dan membuat dirinya sangat marah.

3 bulan kemudian ...

Ketika jam istirahat tiba. Felix tiba-tiba muncul dan memarahi Haesook tentang fotonya bersama Haechan. Dan menuduh Haesook memiliki kekasih baru. “Hei... ini siapa? Kekasih barumu? Tanya Felix dengan nada membentak. “Tidak, dia hanya temanku,” jawab Haesook. “ Tapi, kenapa dia sangat dekat denganmu?” tanya Felix lagi. “Karena dia sahabatku,” jawab Haesook. “Aku tak mau kau dekat dengannya!” pinta Felix. “Kenapa? Karena dia lebih perhatian kepadaku dibanding kamu? Karena dia lebih sayang padaku? Apa kamu cemburu?” tanya Haesook berturut-turut.

Karena kesal akan semua pertanyaan Haesook. Felix pun geram dan menampar pipi Haesook. “Lihat? Kau sudah menyakitiku untuk kesekian kalinya,” ucap Haesook seraya meninggalkan kelas. Ternyata di  depan kelas Heachan sedang menunggu tak sengaja ia mendengar percakapan Haesook, ia pun kesal dan segera menyusul Haesook untuk menghiburnya.

Keesokkan harinya....

“Bugh!” suara pukulan keras di perut Felix. Di pagi hari sudah ada insiden pertengkaran antara Felix dan Haechan, karena Haechan yang tak terima Haesook ditampar olehnya. Akibat pertengkaran itu mereka masuk ke ruang BK dan di scorsing selama 2 minggu. Ternyata selama Haechan di scorsing, ia masih sempat mengantar jemput Haesook. Hingga akhirnya ia membuat perjanjian duel dengan Felix agar ia melepaskan Haesook untuknya. Akan tetapi, Haesook tak tahu akan hal ini.

“Bremmm, bremmm, bremmm” suara gas motor yang saling beradu.”1 2 3 go!” ucap salah seorang perempuan untuk memulai balapan antara Felix dan Haechan. Mereka pun melakukan balapan liar. Dikarenakan Felix melakukan kecurangan disana, dengan menyabotase motor Haechan, dan akhirnya motor Haechan terjatuh.

Disisi lain ...

Haesook terduduk dipojok ruangan seraya menangis, dikarenakan tadi siang putus dengan Felix. Ia pun gelisah, kecewa, marah dan semua rasa kesedihan yang ia rasakan. Rasa cinta yang masih dimiliki Haesook untuk Felix membuat dia tak bisa move in darinya. Dan ia pun memutuskan untuk menelpon Haechan untuk menceritakan semuanya. “Aku ingin bercerita padamu tentang apa yang sedang kurasakan sekarang,” ucap Haesook seraya menangis. “Nae.. waeyo?..(ya.. kenapa?) uljitma (jangan nangis) ... argh! Kenapa menangis?” tanya Haechan dengan sedikit menangis kesakitan.

Tubuh yang sakit, darah yang mengalir deras dari kepalanya tangan dan kaki yang patah, mulut yang sudah dipenuhi darah, semuanya disebabkan oleh balapan liar. Yang mengorbankan dirinya untuk Haesook seseorang. “Uljitma.. Aku akan selalu disisimu. Selalu menemanimu dalam suka dan duka, ingatlah bahwa aku ada untukmu. Walalupun kau tak menyadarinya aku selalu sayang padamu. Saranghae ... Aku pamit,” ucap Haechan terakhir kali. “Tut..tut..tut..” sambungan telepon yang diputuskan sepihak oleh Haechan.

Setelah sambungan terputus. Dengan pandangan kabur melihat seseorang menolongnya disana. Akan tetapi Tuhan berkehendak lain, nyawanya tak tertolong.

Keesokkan harinya...

“Nauna(kakak perempuan yang dipanggil oleh adik laki-laki), ini dari Haechan Hyung,” ucap Jisung seraya memberikan surat dan gantungan kunci. “Loh, Haechan mana?” tanya Haesook. “sebaiknya Nauna baca surat ini dulu,” ucap Jisung seraya menahan air matanya jatuh. Ketika ia membuka surat itu, isinya adalah...

Annyeong... Saranghaneun na chingu..

Mungkin ketika kau membaca surat ini. Aku tak hadir disisimu. Aku hanya ingin memberi tahukan bahwa Aku mencintaimu. Walau kau tak tahu, malam ini Aku sedang balapan liar dengan Felix, dengan perjanjian bahwa dia harus melepaskanmu untukku. Walau ku tahu Aku tak akan menang, karena Aku tahu motorku di sabotase oleh Felix, tapi demi kamu Aku pun rela balapan liar dengannya. Sekali lagi aku ingin mengatakan Aku cinta kamu, sampai jumpa lagi di Surga nanti, gantungan kunci ini selalu kubawa hingga balapan liar pun Aku bawa. Oh ya.. kau ingin pergi bersama yang kau cintai di Sungai Han bukan,?maka bawalah abuku kesana. Taburkan juga disana, karenaku mencintaimu. Salam : Lee Haechan.

>“Tapi, kemarin ia masih menjawab teleponku?” tanya ia sedikit bingung. “Iya, Dia mengangkat telepon Nauna dengan menahan rasa sakit,” jawab Jisung menangis karena tak bisa membendungnya lagi. “Harusnya Dia tak mengangkatnya,” ucap Haesook terduduk lemas.

Keeseokkan harinya...

Haesook terduduk diam dipinggir Sungai memegang guci abu Haechan dan menaburkannya disana. “Semoga dirimu tenang disana,” ucap Haesook seraya menagis dan menaburkan abu Haechan disana. Haesook pun tinggal sendiri tanpa kekasih dan sahabat. “Gantungan kunci ini adalah saksi bahwa kau sangat mencintaiku, Gamsahabnida (TerimaKasih) untuk semua yang kau berikan untukku,” ucap Haesook seraya memandang gantungan kunci itu.

#Dinda Rahmalia Daud santri kelas V Muallimin asal Bekasi

Subscribe Subscribe