Kasih Sayang Dua Malaikat

Mas, kutitip dia ke mas ya, jaga dia baik-baik oiya aku ingin memberinya nama Teduh Nan Indah, dan panggil dia dengan panggilan Indah. Kurasa itu nama yang bagus untuknya, dan jangan lupa untuk menandatangani surat cerai itu. Aku sudah menandatanganinya jika mas sudah menanda tangani surat cerai itu maka kita sudah san bercerai. Aku pamintan mas.

                                                                            Hidayatur Rahma                                                                                                                      Istrimu

Mata Ali berkaca-kaca setelah membaca surat itu ia menyesal perbuatannya yang terlalu mengengkang Iyah saat dia belum pergi.

“Eaaaa ... eaa, eaaaa.” Seketika lamunan Ali buyar karena mendengar tangisan bayi. Ali langsung menghampiri bayi itu.

“Indah sudah ya nak, jangan nangis lagi,” ucap Ali menenangkan Indah sambil mengendongnya. Setelah Ali menimbang-nimbang Indah akhirnya dia pun teridur di pangkuan Ali.

Tangan Ali memegang pulpen dengan gemetar karena ia akan menanda tangani gugatan cerai dari Iyah, dan tak lama lagi dirinya akan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya yaitu Aisyah. Aisyah wanita yang sangat baik bahkan Ali dan Aisyah sudah saling mengenal, orangtua Ali menyuruhnya untuk menikah supaya ada yang mengurus Indah  saat Ali kerja. Ali sudah menandatangani gugatan cerai itu dengan begitu dirinya sudah sah bercerai dengan Iyah.

Satu bulan kemudian.

Pernikahan di gelar dengan mewah Ali sudah mengucapkan ijab qobul dan sekarang ia berada di pelaminan bersama Aisyah. Para tamu undangan mengerti untuk bersalaman dengan pengantin.

*****

“Kak, poneka itu punyaku.”

“Enggak, ini punya kakak.”

“Bunda.”

“Sudah sudah jangan bertengkar lagi, Indah nanti Bunda belikan lagi untukmu yang baru ya, Fiya sudah jangan menangis lagi,” ucap Aisyah melerai keduanya dan memberikan bonekanya pada Fiya.

Hari berganti hari bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun dan seiring berjalannya waktu  kini Indah dan Shafiya sudah besar mereka hidup bahagia dengan orangtuanya, tapi Indah belum mengetahui bahwa Aisyah adalah Ibu tirinya Ali dan Aisyah masih menunggu waktu yang tepat.

Tok, tok, tok, suara orang mengetuk pintu

“Indah bangun nak, nanti kamu terlambat sholat subuhnya, mandi lalu bersiap untuk sarapan di bawah,” ujar Aisyah membangunkan Indah.

“Hoaammm, iya Bun, nanti Indah turun.”

“Baiklah Bunda ke kamar Fiya dulu ya.”

“Iya Bun.”

“Hoammm,” ucap Indah mengeliat sambil merentangkan tangannya ke atas lalu dia turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

“Selamat pagi Ayah, Bunda,” ucap Indah dan Shafiya bersamaan saat mereka sampai meja makan

“Pagi juga,” ucap Ali dan Aisyah bersamaan juga.

“Yah, Bun, kayanya Indah pulangnya agak malaman soalnya ada kelas sore.”

“Yaudah gak apa-apa, tapi jangan terlalu malam ya!” ucap Aisyah.

“Kalau Shafiya gimana?” tanya Ali

“Fiya sore juga pulangnya deh, kayanya tapi kalau fiya ada kelas tambahan nanti fiya kabarin kok ke bunda,” jawab Shafiyah

Hening seketika, hanya ada suara dentingan sendok dan piring

“Indah berangkat dulu ya Yah, Bun assalamualaikum,” ucap Indah memecahkan keheningan

“Hati-hati nak, waalaikumsalam,”

Lalu Indah berjalan keluar rumah setelah menyalami tangan kedua orangtuanya.

“Kakak tungguin Fiya,” teriak Fiya lalu Indah menghentikan langkahnya. “Ayah, Bunda Fiya berangkat dulu ya, assalamualaikum,” ucap Fiya sambil menyalami tangan kedua orangtuanya, lalu berlari menghampiri Indah. “Ayo ka,” ajak Fiya pada Indah

“Hayuuu,” jawab Indah

Indah dan Shafiyah memang satu universitas jadi mereka sering berangkat bareng. Tetapi mereka beda jurusan jika Indah mengambil jurusan kedokteran kalau Shafiya mengambil jurusan bahasa Korea. Karena Shofiyah ingin melanjutkan S2-nya di korea. Katanya sih biar bisa lihat oppa oppa Korea.

*****

“Indah,” teriak seseorang sambil melambaikan tangannya, seketika Indah mengerutkan keningnya dan mencari siapa yang memanggil namanya.

“Indah,” panggil Kayla sambil menghampiri Indah

“Oh Kayla kirain gue siapa,” ucap Indah ketika tahu siapa yang memanggilnya.

“Fiya mana?” tanya Kayla pada Indah.

“Fiya udah duluan tadi.”

“Ke kantin yu,” ajak Kayla “Gue udah sarapan di rumah.”

“Yaudah temenin gue makan aja.” Indah memutar bola bata malas “Yaudah deh.”

“Indah,” panggil Kayla “Hmmmm,” gumam Indah

“Emm, lu udah terima lamaran Alfa?”

“Belom,” jawab Indah

“Hah, belom?” kaget Kayla dengan sedikit berteriak “Ssstttt, bisa gak sih gak usah berisik”

“Kok belum sih Indah, kasian dia lu gantung mulu ini udah seminggu tapi lu masih belum jawab lamarannya. Lagian gw liat Alfa serius ko sama lu,” ucap Kayla panjang lebar.

“Iya sih, dia emang keliatan serius banget sama gw tapi gw juga bingung gimana kasih tau ke orang tua gw,” ucap Indah sambil mengaduk aduk minuman yang ada di depanya.

Ya, Indah sebenarnya sudah dilamar seseorang yaitu Alfa. Orang yang Indah cintai, Alfa melamarnya minggu lalu di sebuah kafe. Tapi Indah masih menunggu kapan Alfa akan melamar langsung di depan kedua orangtuanya.

*****

Hari sudah menjelang maghrib tapi Indah baru keluar dari kelasnya Fiya sudah mengabarinya bahwa ia akan pulang duluan karena tidak ada kelas tambahan. Jadi mau tidak mau Indah akan pulang sendiri.

“Allahuakbar Allahuakbar,” suara adzan berkumandang, “Alhamdulillah sebaiknya aku sholat dulu di masjid dekat kampus,” ucap Indah pada dirinya sendiri.

Ketika Indah berjalan menuju masjid dia merasa sangat pusing ia baru ingat jika dirinya belum makan siang sebenarnya Kayla sudah mengajaknya untu makan siang di kantin. Tapi, ia menolak ajakannya. Dan sekarang ia hanya merutuki kesalahannya.

“Aduh kenapa sangat pusing,” tiba-tiba pandangan Indah menjadi buram

“Tin, tin.” Suara klakson mobil

BRRUKK...

*****

“Dreett, dreett.” Ali merogoh kantongnya untuk mengambil ponselnya yang bergetar

“Assalamualaikum,”

“....”

“Ya benar ada apa ya,”

“....”

“Apa! Baik saya akan segera ke sana.” Ali langsung mematikan ponselnya dan memanggil Aisyah dan Shafiyah “Bunda, Shafiyah bersiaplah kita akan ke rumah sakit,”

“Ada apa mas?”

“Nanti mas ceritakan”

Ketika sampai ke rumah sakit Ali langsung menanyakan letak kamar Indah dan menuju kamar tersebut, dan betapa terkejutnya Ali dan Aisyah ketika mereka melihat Iyah sedang duduk di samping ranjang Indah sambil menangis dan memegang tangan Indah.

“Iyah,” ucap Ali “ Mas Ali”

“Kok, kamu ada di sini?”

“Maafin aku mas, aku yang telah menabrak Indah”

“Kenapa kamu sampai bisa menabraknya?”

“Indah berjalan ke tengah jalan tanpa melihat kanan kiri terlebih dahulu dan tanpa sengaja aku menabraknya hikss,” jawab Iyah. Shafiyah yang melihat itu hanya diam karna dia tidak tahu apa apa.

“Bunda,” panggil indah yang sudah sadar dari pingsannya. 

“Maafin Ibu Indah, maafin Ibu yang sudah meninggalkan kamu dan menabrakmu,” ucap Iyah sambil memeluk Indah.

“Ibu?”

“Dia Ibumu Indah, dia meninggalkan mu dan ayah dulu,” ucap Ali

“Ibuku? Jika ia Ibuku mengapa ia meninggalkanku dan Ayah?”

“Iya dia Ibumu Indah, dia meninggalkan kita karena dia sudah tidak kuat dengan Ayah, yang selalu membentak dan mengekangnya tapi Ayah sudah menyesali itu semua,” ucap Ali

“Maafkan Ibu Indah, Ibu menyesal karna sudah meninggalkanmu”

Shafiya yang melihat itu semua dari tadi bingung dirinya harus berbuat apa karna dirinya tidak mengetahui tentang ini semua.

*****

Hari ini adalah hari bahagia bagi Indah karna, hari ini ia akan menikah dengan Alfa ditambah lagi kini ia sudah dekat dengan Ibunya dan ia memangilnya dengan sebutan Mamah, begitupun Shafiyah karna iapun sudah menganggap Shafiyah seperti anaknya sendiri.

Subscribe Subscribe