Ketika istiqomah berhijab itu diuji

Dengan menatap, ku serahkan surat pengunduran diri kepada ibu HRD yang duduk memegang surat keputusan pengangkatan yang urung diberikan. Raut wajahnya menyuratkan kebingungan. Bingung karena orang yang duduk dihadapannya tidak jadi diberi berita bahwa apa yang ditunggu tunggu kebanyakan karyawan kontrak diyayasan itu diangkat menjadi guru tetap yayasan.

“Mengapa, bu Zulia?” tanyanya. “Ibu sudah tau jawabannya” aku tersenyum. “tolong pikirkan lagi bu, tahun depan ibu akan menjadi guru tetap yayasan dengan gaji 2 kali lipat”. Ia kembali menyodorkan surat yang tadi dipegangnya. Pikiranku seketika menjadi guru menerawang kemasa masa pergumamanku selama menjadi guru diyayasan perguruan yang terkenal di ibu kota itu. Aku adalah guru yang ditiru. Batinku saat itu. Namun, betapa terkesiapnya aku ketika hijab yang menjadi kewajiban seorang muslimah tidak menjadi seragam wajib remaja putri sekolah tersebut.Kusiapkan untuk mengubah keadaan.

Insyaallah aku mampu, yakin itu. Perjuangan perjuangan kecil yang coba kumunculkan ternyata seperti buih di samudra yang luas semua alasan /dalil yang kuungkapkan mengenai hijab ditolak oleh organisasi yang sangat tersturktur itu. “kamu hanya anak kemarin sore Zulia.” Begitulah tanggapan yang kuterima. Ternyata benar apa yang dikatakan Ali bin Abi Thalib “kebaikan yang terorganisir akan mampu mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.

“Keyakinanku semakin oleng ditengah hempasan gelombang laut yang berusaha membawaku, serta hati yang lelah tak sanggup untuk bertarung dan semua berakhir di ruangan ini. Seperti beberapa orang yang baru kehilangan pekerjaan. Aku mencoba mencari kesempatan kesana kemari akhirnya datanglah beberapa tawaran pekerjaan yang kutunggu tunggu. Tawaran itu datang dari sebuah hotel.

Disana aku ditawari menjadi trainer bahasa inggris. Bagi semua staf hotel, gajinya? Jangan ditanya mereka menawarkanku lima kali lipat. Mengapa tidak? Batinku kala itu. Kujalani proses dengan sabar, beberapa pertanyaan standar wawancara pun diajukan seperti biasa aku melayani semuanya, akhirnya tibalah saat pertanyaan terakhir.

“kami sangat tertarik memperkerjakan anda.” ucap wanita itu. “tapi, anda taulah, hotel ini para karyawan tidak diperkenakan mengenakan simbol simbol agama.” batinku tersikap. “simbol agama?” tanyaku heran. “ya, anda tahukah penutup kepala anda, jangan khawatir kamu punya banyak teman kok. Ada beberapa karyawan juga yang melepaskan hijab ketika masuk kantor dan mengenakan lagi ketika pulang.” Senyumnya seperti seringai bagiku “Maaf ,ini bukan penutup kepala, tapi ini jilbab hijab.” Aku seakan menerjemahkan untuk diriku sendiri berulang ulang.

Aku tidak percaya bahwa aku mengatakan itu. “ya oke. Apapun itu namanya, jadi berkenankah anda melakukannya demi profesionalisme?.” “Anda tahu,bahwa saya mengenakan hijab dari mulai awal proses. Mengapa baru sekarang anda tanya saya seperti itu bu?” tanyaku heran. “Saya tahu, saya lanjutkan proses karena anda adalah kandidat yang sangat berkualitas.Ayolah ini hanya masalah hijab bukan? Atau apakah yang kami tawarkan tidak sesuai? Aku tercenung sempat terlintas sejumlah nominal dikepalaku. Astagfirullah, Zulia! Hentikan! ini bukan soal uang! batinku terus memilih islam berkelibat dibatinku Astagfirullah! “Saya minta maaf kalo gitu bu.” ucapku sambil tersenyum.

Kusadarkan tanganku untuk menyalaminya sebelum setan mengubah pikiranku. “Terimakasih atas kesempatan yang ibu berikan, wassalamualaikum. Aku beranjak keluar dari ruangan itu. Subhanallah, hampir saja setan berhasil membisikan bujuk rayunya. Alhamdulillah terima kasih yarobb, engkau telah selamatkan imanku. Pancaran panjang dengan doa-doa yang kupanjatkan untuk menjaga hati agar terus disini namun, aku bersyukur Allah berkenan memberikanku tempat yang sesuai fitrah dimana aku merasa nyaman berhijab.

Semoga hati ini akan terus engkau jaga ya robbi. Seperti telah engkau jaga niat suci ini untuk menjadi pilihan. Hamba yang insya Allah hingga masa hamba berakhir sebagai khalifahmu dimuka bumi ini. Aamiin yaa robbal’alamiin.

#Siti Khumairoh santriwati Al-Hidayah Al-Mumtazah, asal Bekasi, salah satu anggota Qolami.
Subscribe Subscribe