2 jam sudah Dinar di dalam ruangan mengerikan itu. “Ibu, anak ibu mengalami kerusakan di bagian mata sehingga kedua matanya tidak berfungsi lagi, jadi kami harus menanganinya melalui operasi, jika ibu bersedia ibu langsung saja ke bagian administrasi,” ucap seorang dokter. “Dok, saya tidak punya biaya untuk itu,” ucap ibu Dinar. “Lakukanlah Dok, semua biaya sudah saya lunaskan,” ucap Nayla tiba-tiba. “Kak Rezma...” jerit Nayla kaget ketika melihat ibu Dinar. “Nayla,” ucap ibu Dinar spontan. “Kakak, aku rindu kalian semua. Maafkan kesalahan Nayla dulu,” ucap Nayla memeluk ibu Dinar. “Lupakanlah Dek, sekarang bagaimana dirimu?” “Nayla baik Kak, ya Allah Kak. Betapa bahagianya Nayla bisa ketemu keluarga Nayla yang sempat hilang.” “Ia Dek, oh jadi selama ini yang Dinar maksud itu kamu Dek?” “Ia Kak, jadi Dinar keponakanku sendiri?” “Ia Dek!” ucap ibu Dinar. *** “Ibuuu...” jerit Dinar “Ia Nak, ibu di sini,” Ibu Dinar memeluknya. “Ibu, kenapa semuanya gelap? Ibu di mana? Kenapa Dinar tidak bisa melihat Buk?” sontak Dinar menjerit. Ibu Dinar meneteskan airmata. “Hey Dinar cantik, inget Kakak ngak? Dinar anak pinter gak boleh jerit-jerit ya! Dinar istirahat ya! Kakak sama ibu Dinar di sini kok, di samping Dinar,” ucap Nayla mengelus kepala Dinar. “Kakak di mana? Dinar ngak bisa lihat Kakak.” Tak lama kemudian dokter datang untuk memberi obat penenang kepada Dinar. Hari semakin berlalu setelah Dinar mengetahui penyakit yang ia alami dan sekarang tiba waktu ia pulang ke rumahnya. “Ibu, maafkan Dinar, sekarang Dinar buta dan tidak bisa membantu ibu untuk jualan kue lagi,” ucap Dinar sambil memeluk ibunya. “Ia sayang, ini sudah tugas Ibu. Biar kamu istirahat, biar ibu yang jualan,” ucap ibu menenangkan. Seiring berjalanya waktu, kondisi Dinar yang tidak mendukung, 4 bulan melewati hari-hari tanpa penglihatan. Nayla iya, adik ibunya Dinar, yang sengaja ibunya Dinar tidak memberi tahu kondisi rumahnya (tempat tinggalnya). Hingga suatu saat.… Pranggg.… (dibanting kerangjang kue milik ibunya) “Astaghfirullah Nak, apa yang kamu lakukan,” ucap ibu sambil membereskan kue-kue yang berserakan. “Aku benci Ibu,” ujar Dinar berontak. “Nak, hentikan ini!” ucap ibu memeluk Dinar. “Lepas Buk! Lepas!” memberontak Dinar. “Ibu tidak akan melepaskanmu, sebelum kamu beri tahu Ibu apa maksudmu Nak,” ujar ibu. “Ibu tahu? Dinar capek Buk, capek! Dinar malu! Malu Buk, sekarang Dinar buta, cacat. Dinar ngak bisa sekolah, ngak bisa bantu ibu. Dinar ngak berguna. Dinar benci Ibu!” Dinar menangis sejadi-jadinya. “...,” Ibu terdiam seraya terus memeluk Dinar. “Dinar ingin seperti dulu Buk, Dinar ingin sekolah dan bantu Ibu, Dinar ingin melihat dunia ini lagi,” Dinar memeluk ibunya erat. “Iya Nak, Ibu ngerti. Maafkan Ibu Nak, Ibu janji akan membuatmu bisa melihat lagi,” ucap Ibu. “Benar Buk?” tanya Dinar. “Iya Nak. Maafkan Ibu ya Nak.” “Iya Buk, maafin Dinar juga yang ngak bersyukur dengan kehidupan ini, maafin Dinar udah benci Ibu.” “Iya Nak.” *** “Ya Allah Kak Rezna, Dinar di mana kalian?” Ujar Nayla mencari-cari Ibu dan Dinar. “Kue, kue, kue... Ayo Buk,” teriak Dinar dan ibunya di pinggir jalan. “Kak Rezma, Dinar,” teriak Nayla dari kaca mobilnya. “Nak, ayo lari,” ucap Ibu Dinar mencoba menghindari Nayla. “Kakak tunggu Nayla,” teriak Nayla, lari menarik tangan Dinar. “Ada apa Nayla? Sudah cukup kebaikan Kamu buat Kakak,” ujar ibu Dinar. “Kak, kenapa Kakak pergi dariku?” tanya Nayla. “Kakak malu denganmu Dek, sudah banyak yang kamu lakukan untuk Kakak dan Dinar,” ucap ibu. “Kak, Kakak ini Kakak aku, udah sebagian hakku Kak.” “Kakak ikut aku!” ucap Nayla menarik lengan Dinar menuju mobil bersama ibunya. Perjalanan cukup jauh yang ditempuh untuk sampai di kediaman Nayla, adik ibunya Dinar. “Dek, besar sekali rumah ini? Rumah siapa ini?” tanya ibu Dinar. “Iya Kak, ini rumah kita,” ucap Nayla. “Loh kok kita? Ibu, Kakak cantik ini siapa sih?” tanya Dinar. “Nak, kakak cantik ini tantemu. Jadi Nayla ini adik ibu Nak,” ujar ibu menjelaskan. “Oh, jadi Kakak cantik ini Tanteku?” “Iya Dinar, aku Tantemu,” ujar Nayla seraya memeluk Dinar. “Ayo masuk,” ajak Nayla kepada Dinar dan ibunya. Tak lama kemudian, datang dua bibi dapur. “Bibi kenalin ini Kak Rezma Kakakku, dan ini Dinar keponakanku,” ucap Nayla. “Iya Non,” ujar dua bibi itu bersamaan. “Kakak dan Dinar, jika perlu sesuatu bisa minta dengan bibi ya,” ucap Nayla. “Iya Dek,” ucap Ibu Dinar. “Oh iya Kak, besok pagi kita siap-siap ya. Aku ingin mengajak kakak dan Dinar untuk jalan-jalan.” “Asik kita jalan-jalan,” teriak Dinar gembira. “Iya Dek, ya udah biar kakak ajak Dinar istirahat dulu ya,” ucap Ibu. “Iya Kak, Kakak istirahat juga ya,” ucap Nayla. Jam terus berputar, hingga tiba waktu pagi. “Ayo Kak Nayla, Dinar udah cantik nih,” ucap Dinar bersemangat. “Wow iya, ponakan Tante cantik banget,” ucap Nayla. “Mau ke mana kita Dek,” tanya Ibu Dinar. “Uuuuuu... Kakak kepo! Ikut ajah ya,” ucap Nayla bercanda. *** Ternyata aneh Nayla mengajak Dinar ke rumah sakit untuk operasi mata Dinar. Hmmmm... Operasi berjalan lancar, 5 jam menunggu terus diikuti kemauan Nayla. Seusai operasi, Nayla membawa Dinar dan ibunya ke sebuah toko tetapi ditutupi. Apa ya? Entah deh. “Dinar siap untuk lihat semuanya?” Tanya Nayla. “Ia, Dinar siap Tante,” ucap Dinar. Dibuka perlahan mata Dinar, terkejut ketika kain putih penutup toko itu dibuka, tertera plang bertuliskan, “DINAR CAKES,” sungguh betapa bahagianya Dinar dan ibunya. “Ini untuk kalian,” ucap Nayla memeluk Dinar dan ibunya. “Ya Allah Dek, terima kasih banyak,” ucap Ibu Dinar meneteskan air mata harunya. “Kakak dan Dinar sekarang hanyalah mahkota yang Nayla punya, betapa berharganya kalian,” ucap Nayla. “Karena kamu juga Dek, Kakak dan Dinar bisa merasakan kebahagiaan besar ini,” ucap Ibu Dinar. “Dinar sayang kalian,” ucap Dinar memeluk ibu dan Nayla. *** Dijalankan toko itu dan sekarang sudah sangat besar dan sukses. Ya karena memang enak kue buatan ibu Dinar dan akhirnya Dinar bisa sekolah kembali bersama dengan teman-temannya. Sementara ibunya bahagia dengan toko yang diberi adiknya (Nayla) dan akhirnya mereka semua hidup bahagia bersama.